Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif Merdeka.
Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nadiem Makarim mengatakan tujuan peluncuran UKBI Adaptif Merdeka ini adalah untuk memajukan kebahasaan dan kesastraan. “UKBI merupakan instrumen uji untuk mengukur kemahiran berbahasa Indonesia penutur bahasa asing,” tutur Nadiem dalam peluncuran UKBI Adaptif yang digelar secara daring, pada Jumat (29/1/2021).
UKBI merupakan instrumen uji untuk mengukur kemahiran berbahasa Indonesia penutur bahasa Indonesia. Nadiem juga mengatakan saat ini telah banyak dilakukan berbagai inovasi dalam hal pengembangan, pembinaan, dan peningkatan fungsi bahasa Indonesia. Diharapkan dapat meningkatkan layanan yang profesional di bidang kebahasaan dan kesastraan dalam konteks pembinaan kepada penutur bahasa Indonesia.
“Pengembangan UKBI Adaptif Merdeka merupakan bentuk keberhasilan pemerintah dalam pemajuan kebahasaan dan kesastraan melalui lompatan dalam hal desain dan sistem layanan uji,” kata Nadiem.
Nadiem berharap UKBI Adaptif Merdeka ini dapat memberikan dampak positif kepada penutur bahasa Indonesia dari berbagai kalangan dan di berbagai mancanegara.
“Saya harap UKBI ini dapat meningkatkan aspirasi dalam memahami dan mempelajari bahasa Indonesia, menghasilkan berbagai karya tulis dan digital berbahasa Indonesia, juga melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam membawa bahasa Indonesia ke kancah internasional,” tutur Nadiem.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Endang Aminudin Aziz mengatakan ada 3 perbedaan yang sangat mendasar antara UKBI Adaptif Merdeka dan UKBI sebelumnya. Pertama, terkait dengan desain uji pada UKBI sebelumnya setiap peserta mendapat satu paket lengkap terdiri atas 5 butir soal yang durasinya 95 menit. UKBI yang baru soal untuk setiap peserta berbeda jumlahnya begitu juga waktu ujiannya.
“Hal ini bergantung pada estimasi kemampuan peserta yang teridentifikasi oleh Komputer. Yang kedua platform penyajian tes pada UKBI sebelumnya adalah, soal disajikan dalam bentuk kertas atau melalui komputer secara luring. Sementara UKBI Adaptif Merdeka seluruh rangkaian pengujian dilakukan dengan jejaring internet. Mulai dari pendaftaran pelaksanaan, ujian dan juga sertifikasi digital. Yang ketiga, dalam UKBI sebelumnya terkait antara penguji dan yang menguji harus tetap muka. Sementara UKBI Adaptif itu peserta dapat melakukan ujian dimanapun dengan waktu yang dipilih sesuai dengan jadwal,”papar Endang.
Ia juga menambahkan pihaknya akan mengembangkan UKBI Adaftir Merdeka bagi difabel yang memiliki keterbatasan penglihatan dan pendengaran. Hal ini agar mereka tetap mengikuti ujian secara daring.
“Permintaan ini sudah datang dari berbagai pihak terutama dari para dosen yang sehari-hari bekerja dengan rekan-rekan kaum difabel. Kami berharap dengan adanya UKBI Adaptif Merdeka ini animo masyarakat semakin tinggi. Karena UKBI terbaru ini dapat dilaksanakan dengan mudah. Bisa dilaksanakan di manapun. Saya juga berharap baik kalangan pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pejabat fungsional kalangan profesional dan masyarakat umum, bisa menjadi bagian dari pelaksanaan UKBI Adaptif ini.” Pungkasnya.
Sebelum resmi diluncurkan, setiap soal UKBI telah melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Pada tahun 2020 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa telah memutakhirkan sistem UKBI dengan melibatkan peserta uji coba sejumlah 2.190 di seluruh Indonesia.
Sumber: http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/kemendikbud-luncuran-uji-kemahiran-berbahasa-indonesia-ukbi-adaptif-merdeka-4